Logotipo Fundación CARF
Donasi

San Francisco Javier, kehidupan dan misi sang raksasa misi

02/12/2025

El gigante de las misiones. Pintura de san Francisco Javier con un bastón de peregrino, mirando hacia el cielo mientras ángeles descienden entre nubes iluminadas.

Pada tanggal 3 Desember, Gereja merayakan hari raya Santo Fransiskus Xaverius, salah satu misionaris terbesar dalam sejarah: raksasa misi. Figurnya tetap esensial untuk memahami misi Gereja dalam kaitannya dengan pembinaan seminaris dan imam diosesan. Pekerjaan Yayasan CARF memberikan kelanjutan pada dorongan evangelisasi yang mendefinisikan kehidupan santo asal Navarra tersebut.

San Francisco Javier Dia adalah salah satu tokoh terkemuka dalam sejarah penyebaran Kristen, dan setiap tahun perayaannya mengingatkan Gereja Katolik bahwa misi memerlukan persiapan sebelumnya, pengutusan, dan visi yang benar-benar universal.

Hidupnya, yang ditandai oleh dedikasi penuh, secara alami terhubung dengan pekerjaan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang berdedikasi pada... formasi imam, seperti Yayasan CARF. Hubungan ini memungkinkan kita untuk memahami hidupnya bukan sebagai episode sejarah yang terisolasi, melainkan sebagai referensi hidup bagi pelayanan yang diberikan Gereja di seluruh dunia.

Castillo de Javier en Navarra, fortaleza medieval situada en el lugar de nacimiento de san Francisco Javier.
Castillo de Javier, di Navarra, adalah tempat kelahirannya dan salah satu tempat paling menarik dalam sejarahnya.

Kehidupan Santo Fransiskus Xaverius

Francisco de Jasso Azpilicueta lahir pada tahun 1506 di Kastil Javier, Navarra, dalam keluarga bangsawan. Sejak muda, ia menonjol karena kemampuan intelektual dan olahraganya, yang membukakan pintu bagi dirinya untuk masuk ke Universitas Paris, di mana ia akhirnya menjadi dosen. Di sana, ia mengalami periode yang menentukan bagi panggilannya: pertemuannya dengan Íñigo de Loyola, teman sekamar dan sahabatnya: Santo Ignatius.

Pada awalnya, Francisco sama sekali tidak berniat untuk mengarahkan hidupnya ke arah kehidupan keagamaan atau misionaris. Tujuannya adalah untuk maju di bidang akademik. Namun, Ignacio berhasil menantangnya dengan sebuah kalimat yang menjadi titik balik: «Apa gunanya mendapatkan seluruh dunia jika kamu kehilangan jiwamu?» Seiring berjalannya waktu, pesan tersebut mengubah prioritasnya.

Perubahan batin ini mendorongnya untuk bergabung dengan inti pendiri Serikat Yesus pada tahun 1534. Keputusan tersebut menandai awal dari kehidupan yang sepenuhnya didedikasikan untuk melayani Gereja Katolik di seluruh dunia.

Pada tahun 1541, atas permintaan Raja Portugal, Serikat Yesus ditugaskan untuk mengirim misionaris ke wilayah-wilayah Asia kerajaan tersebut. Meskipun Ignatius awalnya mempertimbangkan rekan-rekan lain, keadaan membuat Francisco Javier yang akhirnya berangkat ke Timur. Ia menerima tugas tersebut tanpa ragu-ragu.

Peta tujuh perjalanan Santo Fransiskus Xaverius antara tahun 1541 dan 1552, dengan rute yang dibedakan berdasarkan warna yang menunjukkan perjalanannya di Afrika, India, dan Asia Tenggara.

Kedatangannya ke Goa pada tahun 1542 menandai dimulainya fase misionaris yang belum pernah terjadi sebelumnya. Santo Fransiskus Xaverius menjelajahi India, Malaka, Kepulauan Maluku, dan Jepang, selalu dengan gaya yang jelas: kedekatan dengan orang-orang, belajar bahasa, mencari adaptasi budaya, dan sikap mendengarkan yang terus-menerus. Mimpinya adalah mencapai Tiongkok, tetapi ia meninggal pada tahun 1552 di Pulau Shangchuan, di ambang benua.

Metodenya, yang didasarkan pada kehadiran langsung dan pemahaman terhadap konteks lokal, menjadi dasar bagi apa yang kini diakui oleh Gereja sebagai pewartaan Injil yang menghormati dan sangat manusiawi.

Javier menyadari bahwa panggilannya sebagai misionaris bukanlah ide abstrak, melainkan tugas konkret yang membutuhkan kerendahan hati, belajar, dan ketekunan. Kemampuannya untuk beradaptasi di antara budaya yang berbeda, mempelajari bahasa, dan memahami serta mencintai masyarakat membuat api dalam dirinya (cinta kepada Yesus Kristus) mendorongnya untuk membaptis lebih dari tiga puluh ribu orang. Dikisahkan bahwa terkadang ia harus menopang satu lengannya dengan lengan lainnya karena tenaganya habis akibat terlalu sering memberikan sakramen.

Khotbahnya juga menyebar ke Eropa melalui surat-surat yang penuh semangat dan antusiasme, yang mendorong banyak pemuda lain untuk menjadi misionaris pada abad-abad berikutnya.

Misi untuk mendidik dalam Gereja

Salah satu aspek terpenting dari pekerjaannya adalah pembinaan katekis, pembentukan komunitas Kristen, dan persiapan pemimpin lokal yang dapat menjamin kelangsungan pewartaan Injil Gereja Katolik. Santo Fransiskus Xaverius menyadari bahwa tidak cukup hanya menjangkau wilayah baru: sangat penting untuk membina orang-orang yang mampu mempertahankan iman di setiap komunitas.

Penekanan tersebut menjadikan hidupnya sebagai acuan langsung bagi mereka yang saat ini bekerja dalam pembinaan integral para imam. Yayasan CARF mengembangkan pekerjaan yang juga sejalan dengan visi misionaris Santo Fransiskus Xaverius: Mendidik calon imam dan imam diosesan dengan persiapan intelektual, manusiawi, dan spiritual yang memadai untuk memberitakan Injil di mana pun di dunia.

Setiap tahun, Yayasan ini mendukung para seminaris dan imam dari lebih dari 130 negara, banyak di antaranya berasal dari daerah-daerah di mana Gereja sedang berkembang, di mana sumber daya terbatas, atau di mana tantangan pastoral sangat besar. Keragaman ini mencerminkan universalitas yang diwujudkan oleh Santo Fransiskus Xaverius selama hidupnya sebagai tokoh besar dalam misi-misi Gereja.

San Francisco Javier dikenal sebagai orang yang mengubah misi menjadi petualangan global. Ketidaksabarannya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa membuatnya tidak pernah berhenti, dan selalu berusaha untuk melangkah lebih jauh. Karena itu, Gereja Katolik menobatkannya sebagai Pelindung Universal Misi (bersama dengan biarawati Santa Teresita del Niño Jesús, meskipun dengan alasan yang berbeda darinya).

Pemuda-pemuda yang belajar dengan dukungan Yayasan CARF dididik untuk keuskupan asal mereka dan untuk melayani Gereja Katolik secara universal. Mereka belajar untuk berinteraksi dengan budaya yang berbeda, memahami realitas sosial yang kompleks, dan mendukung komunitas-komunitas di mana, seringkali, imam adalah satu-satunya figur pendidikan atau sosial.

Sama seperti Santo Fransiskus Xaverius yang menyadari bahwa misi membutuhkan orang-orang yang terampil, Yayasan CARF turut berkontribusi agar paroki, keuskupan, dan wilayah misi dapat memiliki imam-imam yang terlatih dengan baik. Semua siswa ini kemudian kembali ke negara asal mereka, di mana peran imam sangat penting bagi pendidikan, pendampingan rohani, stabilitas komunitas, dan penyebaran iman.

Dari sudut pandang manusiawi, yang sulit dijelaskan, hal yang paling mengesankan dari kehidupan Santo Fransiskus Xaverius adalah skala fisik dari pekerjaannya. Pada abad ke-16, tanpa sarana transportasi modern, ia berhasil menempuh jarak sekitar seratus ribu kilometer. kilometer (setara dengan mengelilingi dunia lebih dari dua kali). Karena itu, ia dijuluki sebagai raksasa misi.

Jika ada satu hal yang mencirikan kehidupan Santo Fransiskus Xaverius, itu adalah visi globalnya dan kemampuannya untuk membuka jalan baru. Misi Yayasan CARF meniru petualangan geografisnya dari esensinya: menciptakan kondisi agar iman dapat sampai ke tempat yang paling membutuhkannya, secara teratur, mendalam, dan dengan visi ke depan.


magnifiercrossmenu linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram